ZERO TO HERO
Tulisan ini terinspirasi dari sebuah event yang diikuti oleh mahasiswa STKIP Hamzanwadi Selong yang bernama pekan mahasiswa Indonesia daerah (peksimida) Provinsi Nusa Tenggara Barat di mataram. Mereka adalah Udin, Umar Wk, Multazam, Rahmawati, Diana dan Tufil. Untuk mempermudah tulisan ini, maka saya memfokuskannya kepada satu orang saja di enam orang yang ada yaitu sualuddin atau Udin..
Udin… begitu namanya dikenal, yang merupakan alumni SMP Negeri 3 Kopang unik karena memang tidak ada yang menyamainya. Lucu karena setiap saat orang terdekatnya akan mendapatkan hiburan gratis dan juga cerdas karena memang dia mampu berkomunikasi dengan santai dalam bahasa inggris.
Lomba Peksimida itu sesungguhnya adalah seleksi tingkat provinsi, artinya siapapun yang menjadi pemenang pada kategori yang ada maka mereka otomatis akan mewakili NTB di event yang sama di tingkat nasional. Informasi yang kami terima tergolong terlambat yaitu H-2 (18 juni 2010). Pembaca bisa tebak bukan??. Apa yang akan Pembaca lakukan jikalau dengan durasi waktu seperti itu apalagi dalam skup yang tergolong besar.
Segera setelah surat tersebut kami terima, kami langsung berkoordinasi dengan saudara alwan hafidz (ketua CMC) untuk menentukan siapa saja mahasiswa STKIP Hamzanwadi yang layak dan pantas mewakili kampus untuk mengikuti event tersebut. Akhirnya terpilihlah 6 orang mahasiswa sebagaimana yang tersebut di atas. Setelah ditentukan pesertanya, maka dilakukan latihan, bagaimana mengolah suara, menyesuaikan lagu dan hal-hal teknis lainnya. Semua (saya sebut Tim) bersepakat bahwa hari pertama dipakai untuk latihan sendiri di rumah.
Sabtu, sore (19 Juni 2010) tim kemudian berlatih di auditorium. Tanpa pengeras suara, sound system dan alat pendukung lainnya, yang ada Cuma gaung ruang yang memang merupakan ruangan tertutup, tapi itu cukuplah meskipun dalam hati ada rasa salut ketika menyaksikan mereka berlatih dengan perlengkapan seadanya. Akhirnya kami inisiatifkan untuk latihan di madrasah tempat kami mengajar (MI Darul Ikhwan NW Kembang Sari Selong). Waktu itu sudah pukul 17.30, jadi kami hanya punya waktu 30 menit saja untk latihan karena menurut jadwal pemadaman listrik, maka daerah madrasah akan mandapatkan jadwal pemadaman listrik untuk malam tersebut. Semuanya bisa disiapkan dengan cepat karena memang waktu sangat mendesak sekali. Menyitir ucapakn bapak yohanes surya (seorang pakar pencetak juara-juara olimpiade tingkat nasional dan internasional) mengatakan bahwa:
“segala sesuatu memang bisa diselesaikan dengan cepat jaikalau hal tersebut difikirkan sebagai sesuatu yang kepepet”
Sesampainya kami di madrasah, persiapan langsung kami lakukan dan tanpa tunggu lebih lama lagi latihan langsung saja dimulai. Latihan pertama dibuka oleh saudara Umar. Usai latihan “Alhamdulillah, lampu masih menyala” begitu pikir kami. Setelah itu giliran Udin, seperti bisaanya Udin adalah magnet yang mampu menarik siapa saja. Segera saja orang-orang di sekitar madrasah datang menyaksikan penampilannya
Satu lagu terselesaikan dan akan dilanjutkan dengan lagu kedua (lagu pilihan), ada rasa khawatir dalam diri kami karena lampu akan benar-benar mati Karena pada saat itu di masjid-masjid sudah terdengar lantunan ayat-ayat suci al-qur’an yang menandakan bahwa waktu magrib sebentar lagi.
Thekk…….lampu padam
Udin yang sedang asyik bersendandung langsung saja menghentikan lagunya. Tersenyum ia sambil mengusap keringat kecil di keningnya. Melihat kondisi yang ada segera saja diambil inisiatif untuk latihan di kampus karena pasti di kampus lampu akan menyala meskipun di luar lampu mati. STKIP kan kaya…………….begitu lelucon beberapa mahasiswa..
Akhirnya pengeras suara yang dipakai latihan dibawa ke kampus untuk latihan karena memang tidak ada fasilitas yang bisa dipakai untuk latihan. Dengan keyakinan tersebut, tim kemudian berkumpul di lorong kampus, sambil menunggu lampu menyala.
Menunggu dan menunggu, lampu ternyata tidak menyala, konfirmasi dilakukan ke PK3 dan juga PLT PK2 (kabag umum) untuk melaporkan bahwa sampai pukul 19.15 lampu belum juga menyala padahal pada saat itu sudah banyak mahasiswa yang datang untuk mengikuti kuliah. Tidak lama kemudian PK3 menginformasikan yang merupakan terusan dari Operator teknis untuk generator bahwa telah terjadi kerusakan di generator pembangkit listrik dan harus diperbaiki, jadi merupakan mustahil sekali untuk bisa beroperasi pada malam itu.
Hmmm…………
Rasa kecewa segera saja hadir di internal tim walaupun pada saat itu mungkin ada beberapa mahasiswa yang merasa senang dan bergembira ria karena itu berarti tidak belajar, tapi kami sangat kagum ketika melihat salah satu kelas kemudian tetap diadakan pembelajaran dengan bantuan penerangan berupa lilin (seandainya seluruh dosen STKIP punya motivasi dan semangat seperti dosen tersebut)
Mengingat waktu yang sangat sempit (karena esok harinya tanggal 20 juni 2010 pukul 10.00 tim sudah harus berada di lokasi untuk pengambilan nada) maka disepakati bahwa latihan akan tetap dilakukan di taman kampus baru bagian timur, semua duduk melingkat, kemudian satu persatu kemudian berdiri untuk melantunkan lagu masing-masing dengan diiringi oleh music dari Hand phone salah seorang anggota tim.
Hanya kegelapan yang menyamarkan bagaimana perasaan kami pada saat itu, ketika latihan di kegelapan dan hanya berbekal sebuah Hand Phone sebagai sumber suara. Kami yakin pembaca memahami kondisi psikologis rekan-rekan tim pada waktu itu. Ada rasa miris sesungguhnya, tapi itulah semangat, kesyukuran yang teramat tinggi dalam hati kami, bahwa rekan-rekan tim tidak patah semangat dan tetap berkeinginan untuk mengikuti lomba esok hari.
Keesokan harinya,..
Lomba telah dimulai dengan berbagai dinamika yang ada di dalamnya, Sampai pada titik akhir, akhirnya saudara Udin dan Umar WK meraih juara 2 dan 3 kategori dangdut.
Pembaca ingin tau siapa yang paling berbahagia pada saat itu ?
Dalam fikiran kami, yang paling berbahagia pada saat itu adalah saudara Alwan Hafidz (ketua CMC:Club Music Campus) karena beliaulah yang memimpin langsung, mendampingi, memberikan masukan kepada tim sehingga mencapai hasil seperti itu. Ternyata perjuangan rekan-rekan tim tidak sia-sia karena mereka mampu membuktikan bahwa mereka mampu menjadi juara meskipun ada wacana “salah tempat tumbuh”(sebuah pikiran negative yang muncul ketika melakukan perbandingan kegiatan dengan Perguruan Tinggi besar lainnya)
Udin Sedunia memang fenomenal, karena bersama rekan yang lain dia mampu meraih juara, meskipun dia berangkat dari nol tetapi pada titik akhir dia telah mampu membuktikan bahwa dia bisa menjadi juara sehingga pantaslah kami menyebutnya Udin Sedunia, Zero to Hero.
Berangkat dari cerita di atas, kami ingin menggugah pembaca tentang realita yang ada sekarang, kebijakan lembaga tentang sarana dan prasaran serta bagaimana mempertahankan semangat ketika menghadapi situasi yang sulit sekalipun. Tidak sia-sia memang perjuang Udin dan rekan-rekannya. Ada harapan di samping tuntutan untuk meningkatkan prestasi kepada mahasiswanya seharusnya di imbangi oleh upaya memfasilitasi maksimal apa-apa yang menjadi kebutuhan mahasiswa sehingga tidak ada lagi yang harus latihan gelap-gelapan dan hanya berbekal HP saja
Ini adalah sebuah catatan untuk semua mahasiswa STKIP HamzanwadiSelong. Selamat kepada saudara Udin dan rekan-rekannya (meskipun terlambat) yang telah berbuat maksimal memberikan sumbangsih terbaik untuk almamater. Semoga ketika seluruh elemen di benahi, seluruh pihak ikut peduli dan bertanggung jawab, kelak akan lahir Udin-Udin yang lain, sehingga layak dan pantaslah disebut sebagai Udin Sedunia
Bersama membentuk paradigma pemikiran yang progresif dalam menghadapi masa depan yang lebih baik dan bermartabat